Konon jaman dahulu kala menurut cerita mulut ke mulut para orang tua, bahwa ada sekelompok pengembara/ beramu. Daerah ini merupakan salah satu hutan dan daerah lebak yang sangat subur yang memungkinkan untuk berkebun dan pada musim air pasang juga memungkinkan untuk bernelayan musiman.Nama Desa Sejangko sendiri konon diambil dari nama pemimpin kelompok pada waktu itu sering disebut Buyut Jangko yang berasal dari Kerinjing. Para Petani pada saat itu harus menempuh jarak yang cukup jauh untuk kembali ke kampung asalnya, baik menyusuri sungai menggunakan perahu, maupun Berjalan kaki menempuh belantara, yang Pada ahirnya para petani ini merantau ke desa dibagian laut dan darat. Yang lama kelamaan menjadi sebuah Desa yang diberi nama Desa SEJANGKO.Di Desa Sejangko terdapat anak sungai yang sering disebut oleh masyarakat “Alur”, yang artinya adalah tempat air yang mengalir. Masyarakat setempat juga sering menyebut anak sungai Alur dengan julukan “Alur H. Seman”, banyak pendapat mengenai kapan penggalian alur tersebut antara tahun 1975/1976/1977 dari hulu dusun sampai darat dusun. Muara alur ini berada di desa Rantau Panjang Ilir menuju ke lebak desa Sejangko II. Pada masa Kriye Asnawi Bin Kuris, anak sungai alur ini dilanjutkan ke hilir darat.Setelah anak sungai Alur selesai di kerjakan. Struktur pembangunan dilanjutkan dengan Pembangunan Jalan Desa. Masyarakat sering menyebut dengan istilah jalan Buyut Jangko. Pada masa Alm. Kriye Asnawi Bin Kuris, struktur pembangunan dilanjutkan dengan Pembangunan Pelebaran Jalan Desa + Res Beton.Di Desa Sejangko terdapat bangunan peninggalan pada masa zaman Jepang hingga sekarang, yaitu Jembatan Beton yang berada di Desa Sejangko I. Pada masa tahap perencanaan, terjadi perang saudara antara penduduk Pegagan Sejangko dengan Penduduk Pemulutan. Kenapa terjadi nya perang ?, karena Jepang ingin mengadu domba antara Pegagan dan Pemulutan. Jepang mengumumkan kepada masyarakat Desa Sejangko bahwa yang memborong atau melaksanakan pembangunan jembatan adalah masyarakat dari Pemulutan dan bukan kehendak dari mereka melainkan dari keinginan massyarakat Pemulutan. Sedangkan Jepang memberi surat kepada salah satu jawara di Desa Pemulutan bahwa masyarakat Pegagan Sejangko mengaku mengalah dan membiarkan masyarakat Desa Pemulutan untuk membuat dan menguasainya. Usut punya usut, Alm. Buyut Jangko mengetahui maksud dan tujuan Jepang. Dari situ perang pun bisa terhindarkan dan Pemulutan pun ikut berpatisipasi untuk mengusir Jepang.Adapun nama-nama Kriye dan Kepala Desa yang pernah menjabat hingga sekarang adalah sebagai berikut :KRIYE SEJANGKO :
Peresmian Pemekaran Desa Sejangko I & Desa Sejangko II : 24 Agustus 2006
KEPALA DESA SEJANGKO :
Batas – batas Desa Sejangko I meliputi :
Sebelah Utara : Desa Rantau Panjang Ilir;Sebelah Barat : Desa Sungai Rotan;Sebelah Selatan : Desa Naikan Tembakang;Sebelah Timur : Desa Sejangko II.
Jarak tempuh Desa Sejangko I ke Kecamatan Rantau Panjang adalah 2,6 km yang dapat ditempuh dengan waktu sekitar 4 menit menggunakan transportasi sepeda motor. Sedangkan jarak tempuh ke Kabupaten Ogan Ilir adalah 17 km, yang dapat ditempuh dengan waktu sekitar 26 menit menggunakan transportasi sepeda motor.
Batas – batas Desa Sejangko II meliputi :
Sebelah Utara : Desa Rantau Panjang Ilir/ Desa Kotadaro IISebelah Barat : Desa Sejangko ISebelah Selatan : Desa Sungai OndokSebelah Timur : Desa Sungai Keli
Jarak tempuh Desa Sejangko II ke Kecamatan Rantau Panjang adalah 5,7 km yang dapat ditempuh dengan waktu sekitar 10 menit menggunakan transportasi sepeda motor. Sedangkan jarak tempuh ke Kabupaten Ogan Ilir adalah 20 km, yang dapat ditempuh dengan waktu sekitar 32 menit menggunakan transportasi sepeda motor.



